Sumber video: https://www.youtube.com/watch?v=kPQRuP4K4TI
LENTERA
INDONESIA: Riny Sari, Dokter Relawan Rumah Sakit Terapung di Papua
(Caption oleh: Pasenggo Trifena Alviera, PD B / 165070107111052)
Kemauan dan semangat
yang berapi-api dr. Riny Sari Bachtiar, seorang dokter yang mengabdi di daerah
pedalaman Papua, merupakan suatu hal yang sangat menarik dari video ini. Sangat
jarang kita temukan seorang dokter seperti yang ada di video ini, yang rela
meninggalkan ranah kehidupan nyaman mereka, bahkan dengan sadar memilih sendiri
datang ke Desa Babo, Teluk Bintuni, Papua Barat untuk menjadi seorang PTT
(Pegawai Tidak Tetap). Menariknya lagi, mereka mengabdi tidak di sebuah rumah
sakit berfasilitas lengkap ataupun puskesmas seperti yang kita bayangkan. Ya,
mereka mengabdi di atas sebuah kapal apung kecil, sebuah kapal yang tidak hanya
selalu terancam bahaya maut, namun juga terbatas ruang dan fasilitasnya. Namun,
keterbatasan tersebut justru tidaklah menjadi suatu hambatan yang memadamkan
api semangat mereka, bahkan sebaliknya, hal menarik inilah yang membuat mereka
semakin ‘menyala’ untuk mengabdi kepada masyarakat. Bersama teman sejawatnya, dr. Riny tidak semata ingin menjadi dokter di daerah terpencil, tetapi juga ingin
memberi ‘sesuatu’ yang lebih bagi masyarakat. Dalam video ini, saya melihat
beberapa potongan klip menarik, yaitu semangat dan kerendahan hati yang luar
biasa, seorang dokter yang menjadi seorang mekanik bahkan tukang masak yang
rela memasak di ruang yang sangat seadanya. Pilihan ini mungkin tidak masuk
akal bagi kita, karena para dokter tidak lagi berkewajiban menjalani ‘magang’
sebagai PTT, apalagi sampai harus meninggalkan zona nyaman kampung halaman
mereka dan memilih Papua. Namun, saya rasa hal inilah yang membuat video ini
menjadi menarik.
Sebuah kesan
yang begitu menginspirasi saya adalah bahwa menjadi seorang dokter tidak hanya
perlu perencanaan saja, melainkan butuh sebuah “realisasi”, yaitu perwujudan
yang sesungguhnya. Menjadi dokter tidak hanya cukup dengan menyusun “visi-misi”
semata, tidak hanya sekadar mengucapkan sumpah, namun bagaimana kita
melaksanakan visi-misi dan sumpah tersebut langsung turun ke masyarakat. Menjadi
seorang dokter tidak hanya berbicara soal duduk di balik kursi, memeriksa dan
melayani pasien, namun menjadi dokter ialah berbicara perihal bagaimana kita harus
aktif, mendatangi pasien, mengenal, dan melayani mereka. Tidak hanya itu,
menjadi seorang dokter juga bukanlah sekadar money-oriented, melainkan tentang kerendahan hati membaktikan hidup
guna perikemanusiaan.
Pesan saya
kepada teman-teman, khususnya sesama mahasiswa kedokteran, mari kita bersama-sama
semangat mengarungi mimpi. Indonesia sekarang masih memerlukan banyak sekali dokter Riny-dokter Riny yang lain, yang
tidak berorientasi pada perolehan materi, melainkan mengabdikan hidupnya untuk
kesehatan masyarakat terpinggirkan. Jangan takut membulatkan tekad untuk
membantu sesama, yang kita perlukan hanyalah keberanian untuk mencoba. Belajarlah
dengan baik dan sungguh-sungguh mulai sekarang, agar kelak bisa menjadi dokter Riny-dokter Riny yang lain.
Untuk saya
pribadi, hal-hal inspiratif yang saya rasakan dari klip video ini adalah
bagaimana kita tulus dan ikhlas melakukan itu semua. Bukanlah hal yang mudah
untuk meninggalkan zona aman kita, masuk ke zona yang berbahaya, yang terancam
maut. Namun, di atas semua itu saya diingatkan bahwa yang dibutuhkan adalah
keberanian untuk mencoba dan melangkah.
Selain itu, hal
inspiratif yang sangat menginspirasi saya adalah iman mereka. Dari salah satu
potongan klip video ini menunjukkan bagaimana di tengah kesibukan dan kelelahan
mereka dalam melayani pasien, mereka masih menyempatkan waktu untuk bernyanyi
dan beribadah. Hal ini menginspirasi saya, bahwa sesungguhnya selain keberanian
dan usaha, satu-satunya hal yang dapat menguatkan kita mengarungi semua keadaan
dan situasi itu adalah iman kita sendiri. Dengan iman, kita akan dikuatkan,
kita akan merasa bahwa semua hal yang kita lakukan pasti tidak sia-sia.